GlobalKini.com | Banda Aceh – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Dapil V, Tantawi menyoroti progres pembangunan proyek Waduk Keureuto di Kabupaten Aceh Utara yang dinilai lamban.
Bendungan yang dibangun sejak tahun 2015 dengan biaya APBN sebesar Rp 2,68 triliun itu ditargetkan selesai 2023. Namun, kenyataan di lapangan tidak demikian.
Hal tersebut disampaikan Tantawi dalam sebuah diskusi yang digelar Lembaga Aceh Resource & Development (ARD) di Moorden Coffee Pango, Banda Aceh, Selasa (26/9/2023).
“Apa yang digencarkan-gencarkan pemerintah 2023 ini akan selesai, tetapi di lapangan ini sungguh jauh apa yang disampaikan, saya juga cek ke lokasi, ini tidak akan selesai di 2023,” kata Tantawi.
Bekas Anggota DPRK Aceh Utara itu memahami perasaan masyarakat setempat terkait proyek ini yang tak kunjung selesai.
Menurutnya, lambannya pembangunan proyek tersebut telah menimbulkan berbagai masalah serius. Setiap tahun, masyarakat di beberapa kecamatan, seperti Matang Kuli, Paya Bakong, Pirak Timu, dan bahkan ibu kota Aceh Utara, Lhoksukon, menghadapi risiko banjir yang merugikan.
Tantawi menjelaskan, ketidakselesaian proyek bendungan ini tidak hanya mengganggu efektivitas pertanian, tetapi juga menyebabkan kerugian yang signifikan bagi kebun dan sektor peternakan.
Masalah ini memperlihatkan perlunya penyelesaian segera dari pihak berwenang terkait agar proyek Waduk Keureuto dapat selesai dan memberikan manfaat yang diharapkan oleh masyarakat Aceh Utara.
Masyarakat setempat berharap agar pembangunan ini tidak hanya menjadi sumber air dan daya listrik, tetapi juga alat untuk mengurangi risiko banjir bandang yang selama ini menghantui mereka.
“Masyarakat yang bekerja di bidang pertanian dan beternak berharap bisa membayar pendidikan anak dengan usahanya, tapi saat banjir ini semuanya sirna,” ujarnya. (mc/02)