BANDA ACEH – Dalam mendukung percepatan penurunan stunting, Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto, SSTP, MM menyebutkan, 1.812 Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah disiapkan sebagai garda terdepan di dalam pencegahan dan penurunan stunting di wilayahnya.
Sebagaimana diketahui pravelensi stunting di Kabupaten Aceh Besar sebesar 32,4 %, masih cukup tinggi, untuk itu Pemerintah Daerah melakukan berbagai upaya strategi, yang bertujuan agar keluarga dan anak-anak di Aceh Besar terbebas dari stunting.
Hal itu dipertegas, Iswanto, saat hadir sebagai narasumber pada Live Talk Radio Djati FM yang digelar Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh, di Kantor Bupati Aceh Besar, Kota Jantho, pada Jum’at (9/12/2022). Turut mendampingi Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, Koordinator Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (ADPIN), Drs. Saflawi TR, MM, dan Kepala OPD KB Aceh Besar, Drs. Fadhlan.
“Saya optimis stunting di Aceh Besar bisa diturunkan. Berbagai upaya strategi telah kita lakukan, diantaranya meningkatkan konvergensi lintas sektor, lintas organisasi perangkat daerah, agar terciptanya koordinasi, kolaborasi, sinkronisasi, dan sinergisitas di dalam pelaksanaan program terkait stunting. Begitu juga dengan anggaran,” kata Iswanto.
Ia menyebutkan sekitar 80% anggaran diplotkan untuk stunting dan tersebar diberbagai dinas terkait. Ditingkat gampong (desa), Iswanto mengatakan, beberapa kegiatan yang menjadi kewenangan pemerintah desa dianggarkan melalui dana desa, seperti rembuk stunting tingkat desa, pemberian makanan tambahan (PMT), honor kader Posyandu, dan Kader Bina Keluarga Balita (BKB).
“Pada Agustus lalu, kita juga telah melaksanakan pelayanan kesehatan serentak di 661 Posyandu dan Alhamdulillah, berdasarkan input data ke Aplikasi Elektronik Pendataan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), angka stunting telah turun sebesar 15,4 persen. Saya mengajak para orangtua dan ibu hamil, agar membawa anak dan memeriksakan kehamilan di Posyandu,” ajak Iswanto.
Berdasarkan data dari EPPGBM Agustus 2022, jumlah balita di Aceh Besar sebanyak 34,984 jiwa dan yang datang ke Posyandu untuk di timbang sebanyak 31,744 jiwa atau sebesar 90,7 %. Jumlah balita beresiko stunting (0-59 bulan) sebanyak 4.716 anak.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh. Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, mengatakan, salah satu permasalahan yang melatarbelakangi terjadinya Stunting bermula dari masa kehamilan sampai usia anak 2 tahun. Di fase ini, jelas Sahidal, masa krusial bagi orangtua wajib memperhatikan asupan gizi.
Olehnya itu, sarannya, untuk mencegah Stunting lebih dini maka diperlukan langkah dari hulu dengan melakukan pendampingan para calon pengantin 3 bulan sebelum nikah.
“Ada sekitar 22.410 TPK kita yang melakukan pantauan di aplikasi Elsimil (siap nikah siap hamil). melalui aplikasi inilah, TPK melakukan patauan dan pendampingan bagi calon pengantin. Selain pantau usia Catin, tiga bulan sebelum nikah, mereka di-screaning kesehatannya. Calon pengantin dipastikan kondisinya sehat, termasuk kesehatan reproduksinya. Jadi Catin, siap untuk hamil dan siap melahirkan bayi yang sehat dan terbebas dari stunting,” kata Sahidal.
Sahidal mengatakan, pentingnya melakukan upaya pencegahan dari hulu, agar upaya percepatan penurunan stunting bisa dilaksanakan dengan cepat dan tepat. “Kalau hulu kita tidak jaga maka tidam bisa kita lakukan percepatan penurunan stunting,” katanya lagi.
Tambahnya, setiap calon pengantin perempuan diwajibkan juga untuk memeriksakan kesehatannya. Termasuk memeriksa lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan, kemudian hemoglobin (Hb. Kata Sahidal, pendampingan, program ini fokus untuk meningkatkan pemenuhan gizi calon pengantin atau calon pasangan usia subur untuk mencegah kekurangan energi kronik dan anemia sebagai salah satu risiko yang dapat melahirkan bayi stunting.
“BKKBN menghimbau agar menikah diusia ideal. Perempuan usia 21 tahun dan laki-laki 25 tahun, agar terhidar dari melahirkan bayi stunting,” pungkas Sahidal. (RILIS)