Deputi Dalduk: Rumah Dataku, Embrio Data Untuk Pencegahan dan Penurunan Stunting

BANDA ACEH – Rumah Data Kependudukan (RDK) sebagai embrio untuk menyiapakan data-data kependudukan yang salah satunya adalah data keluarga berisiko stunting. Data ini juga sebagai upaya pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa.

Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto,S.Si.,M.Eng, saat kunjungan kerjanya menghadiri kegiatan Diskusi Asyik Pendidikan Kependudukan, Pembinaan Kader Rumah Dataku dalam Mendukung Data Ditingkat Desa yang digelar di Balai KB Kecamatan Sukakarya, Sabang, Rabu (16/11/2022).

Turut hadir mendapingi Direktur Perencanaan Pengendalian Penduduk , Dr. Munawar Asikin, S.Si,MSE Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, Sekban, Husni Thamrin, SE, MM, Koordinator Bidang Dalduk, Ir. Nurzikra Hayati, dan Koordinator Bidang KSPK, Faridah, SE, MM.

“Yang jelas Rumah.Data Kependukan itu sebagai data dasar dari kependudukan, sementara kalau kita bicara untuk pencegahan maupun tentang stunting, kita butuh data. Kalau kita nggak punya data gimana kita mau membuat program. Nah Rumah Data Kependudukan berkaitan erat dengan pencegahan dan penurunan stunting,” tegas Bonivasius.

Selanjutnya ia menjelaskan, jika berbicara terkait pencegahan maupun tentang stunting dibutuhkan data awal, misal data calon pengantin, remaja, data pasangan masa subur, data ibu hamil, dan sebagainya, dan data awal ini bisa didapatkan di RDK.

“Rumah data kependudukan sebenarnya itu sebagai embrio untuk menyiapkan data-data kependudukan yang salah satunya juga bisa data keluarga berisiko stunting, data tersebut bisa juga menjadi persiapan untuk menghadapi keluarga beresiko stunting, sebab itu merupakan salah satu database awal untuk mencegah maupun menurunkan stunting,” ucapnya lagi.

Selanjutnya ia menyebutkan, dalam penyelenggaraan Rumah DataKu sebagai penyedian data di tingkat mikro maka mutlak perlu melakukan integrasi dan kolaborasi dengan Kementerian/Lembaga/Dinas terkait.

Menurut Deputi Dalduk, dengan adanya kolaborasi dalam penediaan data di tingkat mikro ini maka diharapkan kualitas data yang dihasilkan akan menjadi lebih baik serta dapat dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan desa serta intervensi langsung ke individu yang bersangkutan dengan penyepakatan bersama melalui mekanisme musyawarah desa.

“Rumah Data Kependudukan (DataKu) memiliki peran dalam penyediaan data baik data yang digunakan untuk intervensi maupun data untuk evaluasi. Sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelengaraan Kampung Keluarga Berkualitas (KB),” paparnya.

Selanjutnya, ia menyebutkan berdasarkan Inpres tersebut, terdapat empat sasaran, yaitu penyediaan data dan dokumen kependudukan, perubahan perilaku, peningkatan cakupan layanan dan rujukan pada keluarga, penataan lingkungan keluarga dan masyarakat.

“Saya berharap kedepannya Rumah Dataku bisa lebih ditingkatkan kinerjanya dengan kemampuan menyusun indikator-indikator yang dapat memperlihatkan kinerja pembangunan di segala sektor.Oleh karena itu salah satu output yang saya harapkan bisa dikerjakan ke depan adalah menyusun indikator dan dashboard dari seluruh variabel yang telah dikumpulkan dari seluruh lintas Kementerian,” tegasnya lagi.

Lanjutnya, ia yakin dengan strategi ini seluruh Kementerian lembaga akan mendapatkan manfaat yang besar karena dapat langsung melaksanakan intervensi berdasarkan indikator-indikator yang ditampilkan dalam dashboard tersebut.

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh. Drs. Sahidal Kastri, MPd, menambahkan, saat ini jumlah Rumah DataKu di Provinsi Aceh sebanyak 310 dengan jumlah Rumah DataKu berklasifikasi Paripurna sebanyak 106 Rumah DataKu (34,19%), kondisi ini mengalami kenaikan sebesar 213 Rumah DataKu dari kondisi Rumah DataKu yang sudah diregistrasi pada tahun 2020 yaitu 97 Rumah DataKu dengan jumlah Rumah DataKu paripurna sebanyak 53 Rumah DataKu.

“Jumlah Desa di Provinsi Aceh sebanyak 6.516 Desa/Kelurahan dengan jumlah Rumah DataKu sebanyak 310 atau sebanyak 4,76 % dari total jumlah desa/kelurahan di Provinsi Aceh,” jelas Sahidal.

Selanjutnya, Kaper mengatakan, Rumah Dataku terpenting salin data kependudukan, indikator-indikator yang merujukan kriteria-kriteria keluarga bereksiko stunting sehingga mudah melakukan intervensi dengan data. Tetapi, Kaper meminta kepada Kader dan Pengelola Rumah Dataku, agar data harus terus di update.

“Data terus di-upadte, sehingga data bisa akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga intervensi yang dilakukan tepat,” demikian harap Sahidal. (RILIS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *