Eks Persib Bandung Trauma Main Bola Usai Tragedi Kanjuruhan

BANDA ACEH – Tak hanya para pemain Arema FC, trauma tragedi Arema Vs Persebaya juga dirasakan mantan pemain Persib Bandung, Tony Sucipto.

Tragedi Arema Vs Persebaya cukup meninggalkan luka mendalam bagi Aremania dan pemain Arema FC yang berada di lokasi saat tragedi berlangsung.

Apalagi pertandingan antara Arema Vs Persebaya berubah menjadi tragedi yang membuat 131 orang meninggal dunia.

Seusai pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya berakhir, ratusan suporter turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan dan malah membuat aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan.

Namun, ditembakkannya gas air mata seusai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya tersebut malah menambah ricuh suasana dan menyebabkan ratusan suporter harus meregang nyawa dalam tragedi tersebut.

Akibatnya, Liga 1 2022 harus diberhentikan untuk sementara waktu sampai tragedi Kanjuruhan dinyatakan telah diusut tuntas.

Duka tragedi Kanjuruhan ternyata juga dialami oleh eks pemain Persib Bandung yang kini berseragam Persija Jakarta, yakni Tony Sucipto.

Hal itu, tampak saat Tony Sucipto menyuarakan apa yang ia rasakan terkait terjadinya tragedi Kanjuruhan.

Dalam acara bertajuk “Dari Kami untuk Malang” yang digelar oleh pihak suporter, Tony Sucipto datang ditemani mantan rekannya di Persib Bandung, yakni Dedi Kusnandar.

Acara diskusi antar suporter yang digelar pada Sabtu (8/10/2022) tersebut juga didatangi Bobotoh, Jakmania, Aremania, dan Bonek.

Tony Sucipto mengaku bersedih atas terjadinya kerusuhan di laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya beberapa waktu lalu tersebut.

Tony Sucipto bahkan sempat merasa kehilangan semangat untuk bermain sepak bola setelah mendengar kabar terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

“Kejadian kemarin apa yang kita rasakan itu jangankan Persebaya yang bermain melawan Arema saat itu, kita saat latihan pun setelah melihat kejadian itu, kita rasanya sudah tidak bisa bermain bola lagi, sampai kesitu,” tutur Tony Sucipto.

Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan menyalahi cita-cita Tony Sucipto yang ingin menghadirkan hiburan kepada suporter yang datang ke stadion untuk menonton sepak bola.

Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan menyalahi cita-cita Tony Sucipto yang ingin menghadirkan hiburan kepada suporter yang datang ke stadion untuk menonton sepak bola.

“Berpikir kita, kenapa kita bermain bola sampai ada kejadian seperti itu. Karena kita pemain sepak bola adalah untuk menghibur para suporter saat datang ke stadion,” pungkas Tony Sucipto.

Tony Sucipto juga berharap kejadian di Stadion Kanjuruhan tersebut tidak akan terulang kembali di kancah sepak bola Indonesia di masa depan.

Eks rekan Tony Sucipto di Persib Bandung, Dedi Kusnandar, juga menceritakan trauma yang ia alami terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) lalu.

Dedi Kusnandar langsung menelepon seluruh temannya yang berada di Arema FC setelah kejadian di Stadion Kanjuruhan.

“Saya sangat sedih mendengar cerita teman-teman di sana,” cerita Dedi Kusnandar.

“Mereka baru keluar dari stadion pukul empat subuh. Sampai-sampai mereka melihat para korban di ruang ganti,” tambah Dedi Kusnandar.

“Kita hanya berniat untuk menghibur. Kita bermain untuk mempersatukan sepak bola. Tapi kalau ujung-ujungnya seperti itu, kita sebagai pemain tidak ada artinya bermain sepak bola,” pungkas Dedi Kusnandar.

Seperti dilansir dari Tribun Jabar : Mantan Pemain Persib Bandung Ini Tadinya Akan Berhenti Bermain Sepak Bola, Sikapi Tragedi Kajuruhan

Trauma Asisten Pelatih Singo Edan Sampai Ingin Pensiun

Asisten pelatih Arema FC, FX Yanuar Wahyu alami trauma besar usai tragedi Arema Vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022).

Bagaimana tidak laga antara Arema FC Vs Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan itu berubah menjadi tragedi.

Sebanyak 131 nyawa melayang dan ratusan suporter mengalami luka-luka imbas tragedi Arema Vs Persebaya kemarin.

Selain para korban dan keluarga korban yang meninggal dunia, dampak dari tragedi Kanjuruhan itu juga dirasakan langsung oleh tim pelatih dan para pemain Arema FC.

Satu di antaranya ialah FX Yanuar Wahyu, asisten pelatih Arema FC sampai mengaku ingin tinggalkan sepak bola Indonesia.

Namun niat asisten pelatih Arema FC itu terhenti usai mendapat dukungan moral dari seorang ayah korban.

Tragedi Kanjuruhan menimbulkan duka mendalam bagi banyak pihak, termasuk asisten pelatih Arema FC, FX Yanuar Wahyu.

Melalui sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, Yanuar mengatakan bahwa ia sempat berpikir untuk meninggalkan sepak bola pasca-tragedi di Stadion Kanjuruhan.

“Sempat berpikir untuk meninggalkan sepak bola karena tragedi ini, karena tidak selayaknya sepak bola sampai mengorbankan nyawa manusia,” tulis Yanuar.

FX Yanuar Wahyu yang pernah bermain untuk Persema Malang dan Persela Lamongan lantas mendapat dukungan moral dari seorang ayah yang kehilangan putrinya dalam insiden di Kanjuruhan.

Yanuar menuturkan, ayah tersebut kehilangan anak gadisnya yang berusia 15 tahun saat terjadi kerusuhan Kanjuruhan.

Dukungan dia membuat Yanuar bertekad bangkit dan terus berkontribusi bagi sepak bola Indonesia.

“Tetapi saat seorang ayah yang kehilangan anak gadisnya 15 tahun di tragedi ini dengan tegar berkata ‘tetap semangat jangan pernah menyerah dan jangan pernah mundur’,

saat itulah semangat bangkit kembali untuk membangun sepak bola Indonesia dan tidak akan pernah hilang.”

“Mari berbenah, mari berubah untuk kejayaan sepak bola Indonesia,” pungkas Yanuar.

Unggahan FX Yanuar usai tragedi Kanjuruhan. (Sumber foto: Tangkapan layar Instagram FX Yanuar/fx.yanuar)
Unggahan FX Yanuar usai tragedi Kanjuruhan. (Sumber foto: Tangkapan layar Instagram FX Yanuar/fx.yanuar) ()

Seperti dilansir dari Kompas: FX Yanuar: Ingin Tinggalkan Sepak Bola Usai Tragedi Kanjuruhan, Dikuatkan Ayah Korban

Insiden di Stadion Kanjuruhan selepas laga tuan rumah Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.

Berdasarkan data resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang hingga Selasa (4/10/20220 pukul 10.00 WIB, tercatat ada 131 korban meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *