Banda Aceh – Dua dekade telah berlalu sejak peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, namun dampak dan kenangan atas tragedi tersebut tetap hidup dalam ingatan masyarakat Aceh dan dunia. Untuk mengenang peristiwa itu, Museum Tsunami Aceh menjadi saksi peluncuran buku bertajuk Suara dari Pesisir.
Dua Dekade Guru Aceh Menavigasi Ombak Perubahan Pascatsunami. Buku ini merupakan kumpulan kisah nyata dari 20 guru Aceh yang menjadi saksi sekaligus korban tsunami di wilayah pesisir Aceh. Banda Aceh, Rabu, 24/12/2024.
Acara yang diselenggarakan oleh Universitas Syiah Kuala (USK), Dinas Pendidikan Aceh (Disdik Aceh), Universiti Teknologi Malaysia (UTM), dan MERCY Malaysia ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, yang memberikan sambutan penuh makna.
Dalam kesempatan tersebut, Marthunis mengungkapkan rasa bangganya terhadap terbitnya buku ini. “Kami bangga bisa menghasilkan karya yang menggambarkan ketangguhan dan perjalanan panjang masyarakat Aceh setelah tsunami. Buku ini juga menjadi pengingat bahwa peristiwa bencana ini bukan hanya sekadar kesedihan, tetapi juga sumber pembelajaran dan inspirasi. Melalui karya ini, kita bisa menguatkan nilai-nilai ketahanan, solidaritas, dan mitigasi bencana yang dapat diteruskan kepada generasi mendatang,” ujarnya.
Marthunis juga menekankan pentingnya peran guru dan generasi muda dalam menghidupkan kembali semangat belajar dan berkarya. “Semangat ini harus terus diteruskan. Saya berharap bukan hanya guru yang terdampak, tetapi juga anak-anak Aceh bisa melanjutkan tradisi menulis dan berbagi pengalaman melalui karya mereka sendiri,” tambahnya.
Salah satu momen emosional dalam acara tersebut adalah kisah yang dibagikan oleh Dr. Dra. Sitti Hasnidar, M.Pd., seorang guru dari SMA Negeri 13 Banda Aceh, yang kehilangan suami dan tiga anaknya dalam tsunami. Dengan penuh haru, ia menyampaikan, “Saya percaya bahwa mereka kini berada di sisi Allah. Walaupun sudah 20 tahun berlalu, perasaan ini masih seperti baru terjadi kemarin.”
Peluncuran buku ini, selain menjadi penghormatan kepada para korban, juga menjadi simbol kebangkitan dan ketangguhan masyarakat Aceh. Melalui buku Suara dari Pesisir, USK Press dan Disdik Aceh berharap dapat menginspirasi dan memberikan motivasi kepada pembaca tentang bagaimana menghadapi tantangan hidup, baik itu bencana alam maupun kesulitan lainnya.
Acara ini ditutup dengan penandatanganan simbolis oleh Marthunis dan foto bersama sebagai bentuk komitmen untuk terus berbagi cerita dan pengalaman dalam bentuk karya tulis. Marthunis berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini, dan akan terus berkembang di masa depan, melibatkan lebih banyak generasi Aceh dalam menghasilkan karya yang bermanfaat bagi bangsa dan dunia.
Peluncuran buku ini menjadi bukti nyata bahwa meski bencana besar meninggalkan luka, ia juga memberikan pelajaran hidup yang berharga, yang akan dikenang dan diwariskan kepada generasi mendatang.