ACEH BESAR – Aceh terkenal dengan kelezatan kulinernya seperti asam keueng, Sie Reboh, Keumamah, dan lainnya. Dengan rasa yang begitu nikmat, mampu menggoyangkan lidah para pecinta kuliner khususnya daerah Tanah Rencong.
Hal tersebut membuat salah seorang pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Darwina berinisiatif untuk membuka bisnis bumbu khas Aceh, Dengan mengolah belimbing wuluh menjadi Sunti original, Sunti pasta, Sunti sambal dan Sunti asam kana
Dengan merek dagang Wina Mandiri, wanita yang akrab di sapa Wina itu menjual aneka bumbu baik basah maupun kering. Seperti bumbu sie reboh, asam sunti original, sunti pasta, sunti sambal dan sunti asam kana yang kini telah dipasarkan keluar Aceh hingga pasar internasional yaitu Malaysia, Arab dan Denmark.
Wina berfokus dalam penjualan bumbu sunti, cara membuatnya dengan menjemur belimbing wuluh selama tiga hari. Kemudian, diberi garam sampai menjadi sunti.
“Sunti tersebut dapat digunakan menahun dan merupakan bumbu masak yang awet secara alami,” kata Wina kepada globalkini.com, Selasa (04/06/2024).
Wina juga memaparkan, saat ini dirinya sudah memperkerjakan 5 orang untuk ikut membantunya dalam memproduksi sunti dan bumbu sie reboh.
Sehingga, dirinya mampu meraup omzet hingga Rp5 juta per bulannya. Dirinya juga melakukan pemasaran melalui media sosial seperti Instagram, platform toko, hingga menitipkan di swalayan.
“Kami juga menyediakan bumbu siap saji, namun tergantung dengan pesanan,” tuturnya.
Tempat produksi dari bumbu khas Aceh itu, terletak di Gampong lamkeneung kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Wina mengaku, memulai usahanya itu di tahun 2020. Harga yang dibandrol untuk bumbu masak itu Rp80 ribu per Kg.

“Awal mulanya ada yang meminta saya untuk meracik bumbu, karena ketika mencoba sie reboh buatan saya dan menurutnya ternyata enak, sehingga meminta untuk di racikan bumbu,” ungkapnya.
Selain itu, wina juga termotivasi untuk membuat bumbu siap saji dikarenakan terdapat permintaan dari seorang ibu yang pada saat itu ingin berangkat ke tanah suci. Sehingga dirinya langsung terinspirasi untuk membuka usaha itu.
Dari hal itu Wina mulai membuat bumbu, lalu menjual dan memasarkannya. Hingga saat ini hasil produksinya itu selalu ludes dipasaran, bahkan hingga 200 kilogram dapat habis dan kadang masih kekurangan.
“Saya pernah mendapat bantuan Wirausaha Pemula (WP) dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Aceh dan sangat membantu seperti diberikan mesin giling sunti. Untuk menggilingnya saya bawa ketempat penggilingan, dengan bantuan itu mempermudah dalam memproduksi,” sebutnya.
Meski demikian wina juga mengalami kendala, yakni pemasaran yang masih kurang, karena hasil produksi itu dititip ke toko-toko.
Wina berharap pemerintah lebih memerhatikan pelaku usaha kecil secara continue, seperti ketika membuat pelatihan dan kemudian ada proses pengembangannya.
“Jika diberi peralatan juga dilihat perkembangannya, apakah dapat digunakan dengan baik. Agar lebih berkelanjutan dalam memberikan pengembangan terhadap pelaku usaha,” pungkasnya.