Semerbak Wangi Parfum Neelam Aceh Merambah Mancanegara

BANDA ACEH – Masa muda bukan waktu untuk berleha-leha. Memulai usaha sejak di bangku kuliah membuat mereka lebih berani menatapi hari-hari seusai wisuda. Pokoknya, anak muda dan punya usaha itu sangat keren.

Sabrina Khairunnisa (27) merupakan alumni Fakultas Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Provinsi Aceh, tidak menyangka penelitian tentang minyak nilam untuk tugas akhir kuliah membuka jalan baginya menjadi wirausaha.

Dari penelitian minyak nilam, akhirnya Sabrina membuat parfum yang diberi nama Neelam. Kini parfum Neelam buatan Sabrina dan timnya menjadi produk unggulan di Universitas Syiah Kuala.

Penelitian dilakukan pada 2018, semester akhir kuliah. Waktu itu, dosen pembimbing menyarankan untuk membuat parfum. Setelah melalui serangkaian uji coba, parfum berhasil diracik. Saat itu baru satu varian dan belum diberi nama.

“Kami uji pakai ke kawan-kawan dan mendapatkan apresiasi. Dari sana kami mulai berpikir untuk produksi lagi,” kata Sabrina kepada globalkini.com, Rabu (05/06/2024).

Pada awal 2019, parfum itu diikutsertakan pada acara pameran produk mahasiswa di Pekan Baru, Provinsi Riau. Di luar dugaan, parfum buatan Sabrina terjual habis.

“Saya berpikir sepertinya bisa dijadikan bisnis, sebab pasar menerima parfum kami,” ujar Sabrina.

Varian pertama itu diberi nama cadenza. Kini parfum Neelam memiliki lima varian aroma, yakni cadenza, coffee, janna, jeumpa, dan citna. Kelima varian aroma ini semuanya dari bahan lokal. Produksi dilakukan di laboratorium Pusat Riset Atsiri Unsyiah.

Agar manajemen pengelolaan dari produksi hingga pemasaran semakin tertata, dibentuk Koperasi Inovac. Sabrina ditunjuk sebagai Manajer Neelam.

Produk Neelam Parfum (Foto: globalkini.com/Imam)

Sabrina mengaku bahagia memiliki usaha. Padahal saat kuliah, seusai wisuda berharap jadi pegawai negeri. Dia tidak pernah berpikir akan menjadi wirausaha.

“Selain penghasilan bulanan, saya juga dapat bagi hasil di akhir tahun,” kata Sabrina.

Minyak nilam sebagai bahan baku utama pembuatan parfum dibeli dari petani nilam di Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Selatan. Pusat Riset Atsiri Unsyiah melakukan perjanjian membeli minyak nilam petani dengan harga yang pantas. Para peniti di Pusat Riset Atsiri juga mendampingi petani untuk meningkatkan kualitas minyak nilam.

Saat ini, penjualan parfum Neelam dalam sebulan antara 200 dan 300 botol. Sementara harga per botol ukuran 30 mililiter Rp 180.000. Penjualan bukan hanya di Aceh, melainkan juga ke Pulau Jawa dan Malaysia, mesir hingga Perancis.

“Kami ingin usaha parfum Neelam ini mampu produksi lebih besar, sebab pasar terbuka dan bahan baku melimpah,” pungkasnya Sabrina.

Untuk diketahui sejak 2019 hingga kini ARC telah melahirkan 32 jenis produk di antaranya parfum, perawat kulit, sabun, cairan cuci tangan, hingga pengharum ruangan.

Dari 32 jenis produk tersebut sebanyak 13 produk telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sementara sisanya dalam proses pengurusan izin. Untuk urusan pemasaran ARC membentuk sayap bisnis koperasi Inovac dan beberapa perusahaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *