GlobalKini.com | BANDA ACEH – Kemeriahan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 semakin memuncak dengan kehadiran tiga seniman lukis berbakat asal Kabupaten Pidie Jaya. Acara yang berlangsung sejak 4-12 november 2023 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, menjadi saksi kepiawaian mereka dalam mengukir karya seni yang memukau hati para pengunjung.
Salah satu seniman, Ewien, bersama dengan rekan-rekannya, tidak hanya hadir untuk memeriahkan acara, tetapi juga untuk memperkenalkan dan memamerkan karya-karya unik mereka kepada masyarakat Aceh. Meskipun suasana penuh kegembiraan, para seniman ini memutuskan untuk tidak menjual lukisan-lukisan mereka. Mereka ingin lebih fokus pada upaya membangkitkan apresiasi seni di kalangan pengunjung.
Ewien menjelaskan bahwa setiap karyanya membutuhkan waktu antara 5 hingga 6 jam untuk diselesaikan, tergantung pada tingkat keseriusan dan kompleksitas konsep yang diusung. Namun, suasana yang dihadirkan oleh PKA-8 memberikan mereka kebebasan untuk melukis dengan lebih santai. “Di sini lebih santai, setiap hari kami menghasilkan satu lukisan,” ungkap Ewien dengan senyum, Kamis (09/11/2023)
Menariknya, Ewien mengakui bahwa ia bukan lulusan sekolah seni. Meskipun begitu, minatnya dalam seni lukis sudah tumbuh sejak kecil. Dia membuka diri mengenai proses kreatifnya yang didasarkan pada ilusi dan pemikiran bebas, tanpa harus menimba ilmu khusus dari institusi formal. “Saya tidak sekolah seni, kecuali cari inspirasi baru lihat-lihat di YouTube saja,” katanya dengan rendah hati.
Selama tujuh hari berpartisipasi dalam PKA-8, Ewien berhasil menyelesaikan tujuh lukisan dengan konsep yang berbeda setiap harinya. Pilihan seninya cenderung lebih condong pada lukisan potret dan wajah tokoh. “Saya lebih suka lukis foto wajah dan sketsa,” jelasnya.
Bukan hanya karya-karya yang melibatkan bakat seni, tetapi kehadiran seniman-seniman dari Pidie Jaya ini juga menunjukkan semangat dan dedikasi mereka terhadap pengembangan seni di daerahnya. Acara seperti PKA memberikan panggung yang tepat bagi mereka untuk berbagi kreativitas, membangun jejaring, dan mendapatkan pengakuan lebih luas.
Melalui proses kreatifnya yang sederhana, Ewien berhasil menyentuh hati para pengunjung. Mereka tidak hanya menyaksikan lukisan, tetapi juga merasakan kehangatan dan keberanian yang dihadirkan oleh seniman yang memilih jalur seni sebagai bentuk ekspresi diri.
Tak hanya sekadar pameran lukisan, PKA-8 juga memberikan kesempatan bagi seniman-seniman ini untuk berinteraksi langsung dengan pengunjung. Dialog dan diskusi tentang seni tidak hanya terjadi di dalam lukisan, tetapi juga di antara seniman dan penikmat seni. Hal ini menciptakan suasana yang lebih dinamis dan menghidupkan ruang seni dengan ide-ide segar dan pandangan yang beragam.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran seniman-seniman dari Pidie Jaya turut memberikan warna baru dalam jagat seni Aceh. Meskipun tanpa latar belakang pendidikan seni formal, mereka membuktikan bahwa minat dan dedikasi yang kuat dapat menjadi kekuatan pendorong untuk mencapai kesuksesan dalam dunia seni.
Pentingnya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat juga tercermin dari antusiasme pengunjung yang memenuhi anjungan Kabupaten Pidie Jaya di Taman Sulthanah Safiatuddin. Mereka memberikan apresiasi yang tinggi terhadap karya-karya seniman lokal, mengakui bahwa keberagaman seni di Aceh semakin berkembang dan memberikan inspirasi baru bagi generasi muda.
Ketertarikan Ewien pada seni lukis sejak kecil mencerminkan pentingnya memberikan ruang bagi bakat dan minat anak-anak untuk berkembang. Pendidikan formal bukanlah satu-satunya jalan untuk mengeksplorasi dan mengasah bakat seni. Melalui inspirasi dari berbagai sumber, seperti YouTube, anak-anak dapat menemukan passion mereka dan mengembangkannya dengan cara yang paling alami.
Sementara PKA-8 menyajikan pagelaran seni yang mengesankan, acara ini juga menjadi ajang untuk merefleksikan potensi seni sebagai sarana pendidikan alternatif. Keterlibatan seniman-seniman dari Pidie Jaya mengingatkan kita bahwa belajar seni tidak selalu harus terkungkung dalam dinding kelas formal. Ruang belajar dapat meluas ke dalam komunitas dan acara seni yang menginspirasi.
Tidak hanya seniman, tetapi pengunjung juga turut merasakan manfaat dari acara seni semacam ini. Mereka tidak hanya disuguhi visualisasi indah dari lukisan, tetapi juga dibawa untuk meresapi makna di balik setiap goresan kuas. Dengan begitu, PKA-8 tidak hanya menjadi perayaan seni, tetapi juga perayaan keberagaman, pendidikan alternatif, dan interaksi sosial yang mendalam.
Melalui pencapaian para seniman dari Pidie Jaya, PKA-8 mengingatkan kita akan potensi luar biasa yang dimiliki oleh setiap individu dalam menciptakan dan mengapresiasi seni. Mereka membuktikan bahwa seni adalah bahasa universal yang dapat menyatukan berbagai lapisan masyarakat, melintasi batasan-batasan geografis dan latar belakang pendidikan.
Sebagai puncak dari perhelatan seni Aceh, PKA-8 berhasil menunjukkan bahwa seni bukan hanya tentang hasil akhir lukisan, tetapi juga tentang perjalanan kreatif yang memperkaya jiwa dan membangun jaringan budaya yang kokoh. Dengan semangat para seniman seperti Ewien, Aceh terus menjadi panggung inspiratif bagi kreativitas dan eksplorasi seni yang tak terbatas.(ADV)